Akankah KTT GCC Akan Menyelesaikan Krisis yang Sedang Berlangsung?

921

Moslemtoday.com : Masih belum jelas apakah agenda KTT Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang akan datang di Kuwait akan memiliki efek positif pada krisis yang sedang berlangsung antara Qatar dan sejumlah negara Teluk karena peran regional GCC saat ini hanya bersifat simbolis bukan fungsional.

KTT ke-38 akan segera berlangsung pekan ini antara negara-negara pemblokade dan Qatar sebagai anggota GCC. Gulf (Gulf Cooperation Council) adalah aliansi politik dan ekonomi dari negara-negara di Jazirah Arab yang didirikan pada tahun 1981 untuk mendorong kerjasama sosial, ekonomi, keamanan dan kebudayaan.

Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan UEA berkumpul setiap tahunnya untuk membahas kerja sama dan urusan regional. Sementara KTT tahun ini diwarnai oleh serangkaian krisis diplomatik di antara para anggotanya. Akankah KTT ini akan berjalan dengan semestinya?

Sekretaris Jenderal GCC Abdullatif bin Rashid Al-Zayani telah tiba di Kuwait dan bertemu dengan Emir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmed Al Sabah untuk membahas persiapan KTT.

Dilansir dari Al Jazeera, para menteri luar negeri dari keenam negara anggota akan bertemu pada hari ini, Senin di Kuwait City untuk sebuah pertemuan pendahuluan. Agenda pertemuan puncak tahun ini belum diumumkan, namun ada harapan bahwa penyelesaian krisis akan menjadi yang topik dalam diskusi GCC.

“Ada kekhawatiran serius tentang keberlangsungan krisis dan dampaknya bahkan di negara-negara pemblokiran,” ungkap Mahjoob Zweiri, seorang profesor di Universitas Qatar dengan keahlian di bidang politik Teluk, menambahkan bahwa pertanyaan akan diajukan mengenai berapa lama krisis akan bertahan.

Zweiri mengatakan bahwa solusi dari krisis menjadi mustahil karena kenyataan bahwa tidak ada yang bisa dicapai. “Qatar telah menolak daftar tuntutan yang diajukan oleh kuartet Arab, yang juga belum mencapai apapun dan krisis ekonomi,” katanya.

Perang media

Sementara Kuwait telah memainkan peran sebagai mediator, namun hanya sedikit kemajuan yang telah dicapai. Sementara itu perang media antara kuartet Arab dan Qatar terus berlanjut.

“Jika ada keinginan atau niat baik untuk rekonsiliasi, salah satu hal yang harus segera dihentikan adalah perang media,” ungkap Zweiri.

“Jika ada pertimbangan serius untuk rekonsiliasi, ini harus segera dihentikan sebagai isyarat niat baik untuk menyelesaikan konflik ini dengan positif.”

Peran GCC hari ini

Apakah GCC masih memiliki fungsi dan peran yang relevan di wilayah ini patut dipertanyakan? Meskipun dibuat untuk tujuan memperkuat kerjasama di antara negara-negara Teluk, blokade yang diberlakukan dinilai telah membatalkan prinsip-prinsip GCC.

Negara-negara Teluk pada masa lalu berbeda dalam pandangan mereka mengenai beberapa isu yang terjadi di kawasan ini selama dua dekade terakhir.

Luciano Zaccara, seorang peneliti politik Teluk di Universitas Qatar, mengatakan bahwa peran GCC telah berkurang sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003, dengan enam negara bagian yang menggambarkan berbagai pendekatan terhadap perang dan konsekuensinya.

Ini telah meningkat saat gelombang protes yang melanda Timur Tengah pada tahun 2011, yang dikenal sebagai Musim Semi Arab, Zaccara mencatat.

“Musim Semi Arab hanya menekankan pendekatan yang beragam terhadap ancaman regional dan internal, membuat sangat sulit bagi anggotanya untuk menyetujui apa yang dianggap sebagai prioritas dalam hal ancaman dan tantangan dan bagaimana cara mengatasinya,” katanya, merujuk pada perang Yaman, krisis Bahrain dan perang Suriah yang sedang berlangsung.

Ini telah menjelaskan peran dominansi Arab Saudi di dalam GCC.

Dominasi Arab Saudi

Pada tahun 2014, sebuah keretakan antara negara-negara GCC telah berlangsung delapan bulan ketika Arab Saudi, UEA dan Bahrain menangguhkan hubungan dengan Qatar atas dukungan Qatar untuk Ikhwanul Muslimin -sebuah kelompok yang oleh negara-negara pemblokade- dicap sebagai “organisasi teroris”.

Qatar disebut melanggar perjanjian keamanan GCC 2013 dan memelihara “media yang tidak bersahabat”, dengan merujuk pada Jaringan berita Al Jazeera yang berbasis di Doha.

Pada saat itu, Zaccara mengatakan bahwa ada “satu negara anggota, yakni : Arab Saudi”, yang bertekad untuk memaksakan kebijakannya di seluruh negara-negara anggota GCC.

Mengacu pada krisis saat ini dan yang sedang berlangsung, Zaccara mengatakan bahwa keretakan telah menunjukkan kesia-siaan dewan dalam menentukan prioritasnya, dan bagaimana hal itu mengatasi tantangannya sebagai satu kesatuan.

“Saya mengatakan bahwa GCC tidak memiliki peran untuk memainkan peranan saat ini untuk mengakhiri krisis Teluk.”

Qatar Hadiri KTT GCC

Qatar telah mengkonfirmasi keikutsertaannya dalam KTT yang akan datang. Hal ini menyiratkan bahwa Doha tidak akan meninggalkan GCC secara sukarela.

Jocelyn Sage Mitchell, seorang profesor ilmu politik di Northwestern University di Qatar mengatakan kepada Al Jazeera : “Itu akan terlihat provokatif dan akan memperburuk situasi yang sulit jika Qatar tidak hadir. Namun, perlu dipertimbangkan apakah dewan tersebut independen?”

Sejak pembentukannya, dewan tersebut sebagian besar hanya berfungsi sebagai “mekanisme perlindungan bagi para penguasanya untuk melawan ancaman internal, terutama dengan bersatu di jalan konservatif yang dipimpin oleh Arab Saudi,” tambahnya.

“Sementara bagi Qatar, pengurangan pengaruh Saudi terhadap politik domestik dan masyarakat Qatar merupakan kesempatan bagi kepemimpinan Qatar untuk terus maju dalam beberapa isu penting. Kami telah melihat pergerakan undang-undang residensi ini, dalam peningkatan perlindungan bagi pekerja, dan yang terakhir dengan pengangkatan empat wanita ke Dewan Shura Qatar dan sebuah janji akan diselenggarakannya pemilihan legislatif segera,” katanya.

Setelah perang di Yaman, di mana sebuah koalisi yang dipimpin oleh Arab sebagian besar negara Arab Sunni melancarkan serangan terhadap pemberontak Houthi yang didukung Iran. Sementara Oman yang tidak menentukan sikap diusir dari dari dewan karena tidak mematuhi agenda geopolitik Arab Saudi.

“Jelas bagi saya bahwa sejauh ini GCC sendiri tidak mengikuti prioritas yang ditetapkan oleh Arab Saudi dan UEA … tidak mungkin dewan tersebut akan efektif jika Qatar, dan mungkin juga Oman, berada di luar dewan,” kata Zaccara kepada Al Jazeera.

“GCC dengan lima, empat atau bahkan tiga negara bagian hanya akan menjadi perpanjangan dari kebijakan Saudi,” tambahnya.

Prospek masa depan

Tidak ada yang puas dengan status quo saat ini, Zaccara mengatakan, dan GCC tetap tidak dapat melakukan langkah untuk menyelesaikan krisis.

“Dalam konteks ini, GCC telah membuktikan ketidakgunaannya,” kata Zaccara.

Dia percaya bahwa krisis, jika terus berkepanjangan, tidak akan mempengaruhi ekonomi Qatar. Tapi Qatar juga tidak bisa diblokade selamanya,” Zaccara menambahkan.

“Meskipun Qatar menghadapi krisis ini dengan sangat baik, blokade tersebut tidak dapat dipertahankan secara permanen oleh empat negara tersebut tanpa merugikan ekonomi mereka sendiri,” ungkapnya. (DH/MTD)

Sumber : Al Jazeera

comments

Mari bergabung bersama WA Grup dan Channel Telegram Moslemtoday.com,
Klik : WA Grup & Telegram Channel


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here