
LONDON – Kelompok pembela hak asasi manusia (HAM) Amnesti Internasional menuturkan, hampir 18 ribu orang tewas di dalam penjara di Suriah dalam rentang waktu 2011-2015. Angka tersebut memunculkan dugaan adanya pemerkosaan serta penyiksaan di dalam penjara.
Angka tersebut dimunculkan Amnesti Internasional (AI) dalam laporan terbaru mereka. Laporan tersebut diterbitkan AI sesuai keterangan dari 65 orang korban yang selamat dari penyiksaan di penjara. Mereka mengungkapkan penyiksaan serta pelecehan seksual yang terjadi di dalam penjara.
Kelompok yang berbasis di London, Inggris itu meminta komunitas internasional menekan pemerintahan Suriah di bawah Presiden Bashar al Assad untuk menghentikan penyiksaan tersebut. Damaskus sendiri sudah menolak berbagai tuduhan serta laporan semacam itu sebelumnya.
AI memperkirakan lebih dari 17.723 orang tewas di dalam penjara di seantero Suriah sejak Maret 2011, ketika protes terhadap Assad dimulai, hingga Desember 2015. Para tahanan sering kali menjadi objek penyiksaan oleh sipir penjara. Penyiksaan ini dilakukan sebagai bagian dari “pesta penyambutan”.
“Mereka memperlakukan kami seperti binatang. Mereka tidak ingin kami menjadi seorang manusia seutuhnya. Saya melihat aliran darah seperti sungai mengalir. Saya tidak pernah melihat kemanusiaan yang sangat rendah seperti itu. Tampaknya, mereka tidak masalah membunuh kami di penjara,” terang salah satu tahanan Samer, seperti dimuat BBC, Kamis (18/8/2016).
“Selama puluhan tahun, pasukan Pemerintah Suriah telah menggunakan penyiksaan sebagai cara menghancurkan musuh. Hari ini, penyiksaan dilakukan sebagai bagian dari serangan sistematis terhadap siapa pun yang diduga melawan Pemerintah Suriah, termasuk warga sipil,” timpal Direktur Timur Tengah dan Afrika Utara Amnesti Internasional Philip Luther.