Turki mengecam AS karena mengancam Arab Saudi setelah OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi minyak. Washington dilaporkan keberatan dengan keputusan tersebut dan menuduh Saudi berpihak pada Rusia.
OPEC+ baru-baru ini mengumumkan akan memangkas produksi minyak sebesar dua juta barel per harinya mulai November 2022. Pemangkasan itu dinilai akan membatasi pasokan minyak di pasar global yang dikhawatirkan AS akan membuat harga minyak semakin meningkat.
Presiden AS Joe Biden mengatakan “akan ada konsekuensi” untuk hubungan Amerika dengan Arab Saudi setelah langkah OPEC+ tersebut.
“Kami melihat ada negara (AS) yang mengancam Arab Saudi baru-baru ini. Kami menilai hal itu tidak dapat dibenarkan,” kata menteri luar negeri Mevlüt avuşoğlu pada konferensi pers di Turki, seperti dilansir dari Al Jazeera, Ahad, (23/10/2022).
“Kami pikir tidak tepat bagi AS untuk menggunakan minyak sebagai elemen tekanan terhadap Arab Saudi atau negara lain dengan cara ini,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan keputusan OPEC+ murni untuk menjaga stabilitas pasokan minyak di pasar global dan diambil dengan suara bulat oleh negara-negara anggotanya.
Arab Saudi juga membantah memihak atas invasi Rusia ke Ukraina dan menegaskan bahwa posisi Arab Saudi berpegang pada prinsip hukum internasional, tidak ikut campur dalam urusan negara lain.
Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman, baru-baru ini juga mengatakan bahwa dia “terkejut” dengan tuduhan AS yang menyebut Arab Saudi “berpihak pada Rusia dalam perangnya dengan Ukraina”.
Sumber : Al Jazeera | Redaktur : Hermanto Deli