Ulah Bjorka dan beberapa hacker tenar lainnya dalam beberapa bulan membuat ranking Indonesia dalam hal kebocoran data melonjak.
Hal itu terungkap dalam studi terbaru oleh perusahaan cybersecurity Surfshark. Secara total, 108,9 juta akun dibobol pada kuartal III 2022 (Juli-September). Indonesia disebut berkontribusi 12 persen.
“Menyusul serangan siber Bjorka yang terkenal dan insiden lainnya, Indonesia menempati peringkat ke-3 di dunia berdasarkan pengguna yang dilanggar pada Q3’2022, mencapai 12 persen dari semua pembocoran data dunia,” demikian dikutip dari keterangan pers itu, Selasa (15/11).
Alhasil, kata Surfhark, “Indonesia melompat dari posisi ke-8 ke posisi ke-3 dengan jumlah pengguna yang dilanggar hanya dalam waktu tiga bulan, bahkan mengungguli Amerika Serikat.”
Berdasarkan data statistik terbaru Surfshark (Kuartal III 2022), Rusia berada di peringkat 1 dunia dengan 22,3 juta akun yang bocor, Prancis dengan 13,8 juta akun bocor, Indonesia (13,3 juta), AS (8,5 juta), dan Spanyol (3,9 juta).
Sementara, pertumbuhan tertinggi dicapai Zambia (3.886 persen), Bolivia (1.913 persen), Chile (1.852 persen), Prancis (1.710 persen) dan Nigeria (1.616 persen).
Studi ini juga mengungkap jumlah pengguna yang dibobol di Indonesia naik hingga 1.370 persen pada kuartal terakhir, atau mencapai 13,3 juta akun korban, setelah beberapa serangan siber skala besar.
Surfshark mencontohkannya dengan pembocoran 1,3 miliar data registrasi SIM card oleh pengguna BreachForums Bjorka pada Agustus. Kasus ini membocorkan Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor telepon, nama provider, hingga alamat.
“Dalam 18 tahun terakhir, 49 dari setiap 100 pengguna internet Indonesia telah menjadi korban pelanggaran data,” lanjut keterangan itu.
Kasus Bjorka dan sejumlah kebocoran data lainya, kata Surfshark, berkontribusi pada “parlemen Indonesia yang meratifikasi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi pada 20 September 2022, yang merupakan undang-undang perlindungan data komprehensif pertama di negara ini.”
Kasus global naik
Tak cuma Indonesia, Surfshark mencatat ada “peningkatan mengejutkan” sebesar 70 persen dalam hal kebocoran data di tingkat global. Padahal, paruh pertama 2022 pertumbuhannya relatif lambat.
“Sangat mengkhawatirkan melihat pelanggaran data meningkat lagi setelah paruh pertama tahun yang relatif lemah, menempatkan 108,9 juta pengguna internet dalam risiko besar,” kata Agneska Sablovskaja, Peneliti Utama di Surfshark.
“Pelanggaran pengguna global 70% lebih tinggi pada kuartal ini daripada yang terakhir. Setiap detik dalam tiga bulan terakhir, 14 akun bocor – semuanya berasal dari negara yang berbeda,” lanjutnya.
Tak cuma RI, Uni Eropa dan Brasil pun menerapkan undang-undang perlindungan data untuk membantu mencegah kebocoran data dan memburu pelaku.
Surfhark juga mengungkap bahwa Asia adalah benua peringkat kedua yang paling banyak dibobol setelah Eropa.
Eropa menyumbang hampir 50 persen dari total pembobolan di kuartal III dengan 40 persen-nya berasal dari Rusia.
Asia adalah wilayah paling rentan kedua untuk kuartal kedua berturut-turut. Taiwan, Indonesia, Hong Kong, Singapura, dan negara-negara Asia lainnya melaporkan tingkat pelanggaran yang tinggi di periode itu.
Amerika Utara berada di urutan ketiga berdasarkan benua, alias melorot dari peringkat pertama.
Survei ini sendiri dilakukan via kemitraan dengan peneliti keamanan siber independen yang mengumpulkan data pengguna dari 27 ribu basis data yang dilanggar yang muncul secara online.
Para peneliti kemudian mengurutkan kombinasi tersebut berdasarkan titik data tertentu, seperti negara, dan melakukan analisis statistik atas temuan mereka. Lokasi pengguna diidentifikasi melalui email atau nama domain situs web, negara, kota, koordinat, alamat IP, lokal, mata uang, atau nomor telepon.
Sumber : CNNIndonesia.com