Moslemtoday.com : Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menyatakan pihaknya siap bekerjasama dengan BNPT untuk menumpas penyebaran paham terorisme di kalangan akademik.
“Maka dari itu kita bekerjasama dengan BNPT mengenai masalah pemberantasan terorisme yang sedang terjadi. Kami sadar, kami tidak bisa berdiri sendiri dalam mengatasi hal ini, harus dengan kerjasama dengan berbagai pihak,” kata Jimly saat menerima Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius mengujungi Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Gedung ICMI, Jl Proklamasi No. 53, Jakarta, Jumat (2/9).
Jimly mengatakan, pihaknya juga sudah merangkul NU, Muhammadiyah, organisasi seperti KAMMI, HMI, dan lain-lain untuk sama-sama memberantas teroris.
“Peradaban Indonesia tidak bisa ditopang dengan kekerasan. Marilah sama-sama kita kaum Islam moderat juga saling bersatu,” ungkap Jimly.
Sementara Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius menyebutkan, penyebaran terorisme kini bergeser menyasar kalangan intelektual yang melek teknologi.
“Jadi variabel-variabel terorisme yang terjadi sekarang sudah mulai bergeser ke orang-orang intelektual, bukan hanya kampus, tetapi sampai tingkat SD. Ada anak SD yang sudah dilatih bagaimana cara memegang senjata, bagaimana cara menembak. Ini juga salah satunya akibat peran dari sosial media,” kata Suhardi.
Kalangan intelektual yang lebih melek teknologi disebut Suhardi menjadi penyebab bergesernya penyebaran paham terorisme. Bahkan, banyak pelaku terorisme yang belajar dari media sosial dan internet.
“Coba lihat, kasus pengeboman yang di Medan lalu, itu salah satunya akibat media sosial. Media sosial sekarang sudah memberikan dampak yang sangat besar kepada pergerakan anak muda saat ini. Mereka dengan begitu mudahnya terprovokasi. Di sisi lain, media massa juga berpengaruh,” jelas Suhardi.
Menurutnya, media massa adalah sarana pembentukan opini masyarakat. Maka dari itu diharapkan jangan sampai dengan pemberitaan yang tidak objektif malah menimbulkan kekacauan. Seperti yang kasus istri Santoso, padahal yang menggiring istri nya juga ada polwan, tetapi masyarakat berasumsi istri Santoso diperlakukan secara keras oleh polisi laki-laki.
“Maka dari itu saya setiap dua bulan sekali akan mengumpulkan pemimpin redaksi untuk sama-sama duduk bareng untuk menyatukan persepsi. Karena peran Pemred itu sangat besar,” tegasnya.