Moslemtoday.com : Natal adalah hari raya bagi umat kristiani di seluruh dunia yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 25 Desember. Menurut agama Kritsen, pada tanggal tersebut merupakan hari kelahiran Nabi Isa Alaihissalam atau dalam agama kristen disebut “Yesus Kristus“.
Sebagai hari raya keagamaan dan dengan jumlah populasi terbesar di dunia, umat Kristen di sebagian besar negara memperingatinya secara besar-besaran dan bahkan menjadi libur nasional. Namun berbeda dengan lima negara berikut ini yang melarang perayaan natal.
Berikut ini 5 negara yang melarang perayaan natal :
- Arab Saudi
Arab Saudi adalah negara pertama yang melarang perayaan natal. Arab Saudi yang merupakan negara kerajaan yang menjadikan Hukum Islam sebagai konstitusi kerajaannya melarang secara tegas perayaan natal bagi warganya. Larangan tersebut dituangkan dalam Dekrit Kerajaan yang diterbitkan oleh Dar al-Ifta pada tahun 1409 H/1989 M.
Seorang ilmuwan Saudi, Syaikh Muhammad Al-Arifi mengatakan : “Umat Islam tidak diizinkan untuk menyambut perayaan non-Muslim pada acara keagamaan mereka seperti Natal. Jika mereka merayakan kelahiran putra Tuhan dan Anda mengucapkan selamat kepada mereka, itu berarti Anda mendukung iman mereka,” ungkap Al-Arifi, seperti dikutip dari Arabnews. - Brunei Darussalam
Brunei Darussalam adalah negara kerajaan dengan sistem pemerintahan monarki absolut yang terletak di Asia Tenggara. Brunei juga melarang perayaan natal bagi warganya dan ada ancaman hukuman lima tahun penjara bagi warganya yang ikut perayaan tersebut.
Namun Non-Muslim diizinkan untuk merayakannya hanya di komunitas mereka sendiri, tetapi tidak diizinkan diperingati di ruang publik, seperti tempat usaha, mall atau restoran yang dapat disaksikan oleh khalayak umum.
Larangan tersebut dituangkan dalam Keputusan Kementerian Agama Brunei Darussalam pada tahun 2004 tentang Perayaan Natal di Kerajaan Brunei Darussalam. - Albania
Albania adalah sebuah negara yang terletak di Eropa bagian tenggara. Albania adalah satu-satunya negara di Eropa yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Persebaran Islam di Albania disebabkan oleh pemerintahan Kesultanan Usmaniyah dari abad ke 15 hingga 20. Sebelumnya, mayoritas penduduk Albania beragama Kristen Ortodoks.Walau begitu, menurut penelitian tahun 2010, Albania sekarang disebut sebagai “negara ateis”, hanya 39% dari jumlah populasi yang menganggap agama memainkan peran penting dalam kehidupan mereka. Hal ini disebabkan karena setelah kemerdakan dari Kesultanan Usmaniyah, republik dan kerajaan yang memerintah di Albania dari tahun 1912 hingga 1945 tidak menetapkan agama resmi.
Kebijakan ini dibawa semakin jauh pada pemerintahan komunis di mana pemerintah melarang praktik agama dengan ancaman hukuman penjara, menghancurkan tempat-tempat ibadah, dan menyatakan Albania sebagai “negara ateis” pertama di dunia. Alhasil, setelah kejatuhan komunisme pada tahun 1991, sebagian besar penduduk Albania bisa dibilang hanya mengidentifikasi agama mereka pada nama saja, sementara dalam kehidupan sehari-hari mereka ateis. Mereka yang masih mempraktikkan agama juga memisahkannya dengan negara (sekularisme). - China
Sejak Partai Komunis berkuasa pada tahun 1949 dan pembatasan agama pada umumnya di negara itu, Natal telah menjadi subjek yang kontroversial di China. Dengan populasi penduduk Kristen yang hanya menyentuh angka hampir 1 persen, tidak ada yang berbeda antara hari Natal dengan hari lainnya di China. Baik toko, kantor, hingga sekolah tetap beraktivitas seperti biasa. Natal bukan menjadi perayaan keagamaan apalagi libur nasional di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Seorang pejabat pendidikan Wenzhou di provinsi Zhejiang mengatakan : “Pelarangan natal merupakan langkah melawan meningkatnya pengaruh budaya Barat di negara ini. Kami tidak menekan festival Barat, tapi kami berharap sekolah bisa lebih seimbang dalam hal ini. Siswa dapat belajar tentang festival Barat tetapi mereka tidak harus terlalu antusias tentang hal itu,” katanya, seperti dikutip dari Metro.co.uk. - Korea Utara
Natal tidak boleh dirayakan di Korea Utara. Pemerintahan Korea Utara mengontrol ketat informasi soal libur keagamaan. Hampir tidak ada hari libur di negara pimpinan Kim Jong Un ini, kecuali perayaan hari ulang tahun pemimpin Korea, Kim Jong Il. Menurut laporan, meskipun konstitusi Korea Utara menjamin kebebasan memeluk agama bagi semua warganya, nyatanya kebijakan ini tidak diterapkan di negara yang terisolasi itu. Warga Korut yang kedapatan merayakan Natal dapat langsung dijebloskan ke dalam penjara. (DH/MTD)
Sumber : Metro.co.uk, Arabnews, CNN | Redaktur : Hermanto Deli
Copyright © 1440 Hjr. (2018) – Moslemtoday.com