Inilah Sosok HR Muhammad Syafii yang Doanya Menggetarkan Sidang Paripurna DPR/MPR RI

1653

Doa penutup yang dibacakan HR Muhammad Syafi’i, anggota Komisi III DPR pada Sidang Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang juga dihadiri Presiden Jokowi dan Wapres JK, Selasa, 16 Agustus 2016 lalu telah memanaskan telinga para pendukung penguasa. Padahal, Jokowi-JK sendiri yang duduk di podium hanya senyum senyum saja usai mengamini doa tersebut.

Berikut beberapa isi doa tersebut :
 
“….wahai Allah, memang semua penjara over capacity tapi kami tidak melihat ada  upaya untuk mengurangi kejahatan karena kejahatan seperti diorganisir ya Allah.
 
Kami tahu pesan dari sahabat Nabi Nuh bahwa kejahatan-kejahatan ini bisa hebat bukan karena penjahat yang hebat tapi karena orang-orang baik belum bersatu atau belum mempunyai kesempatan di negeri ini untuk membuat kebijakan-kebijakan yang baik yang bisa menekan  kejahatan-kejahatan itu.
 
Biarlah kehidupan ekonomi kami, Bung Karno sangat khawatir bangsa kami akan menjadi kuli di negeri kami sendiri. Tapi hari ini, sepertinya kami kehilangan kekuatan untuk menyetop itu bisa  terjadi. Lihatlah Allah. Bumi kami yang kaya dikelola oleh bangsa lain dan kulinya adalah bangsa kami. ya rabbal alamin.
 
Kehidupan sosial budaya, seperti kami kehilangan jati diri bangsa ini, yang ramah, yang santun, yang saling percaya. Kami juga belum tahu bagaimana kekuatan pertahanan dan keamanan bangsa ini kalau suatu ketika bangsa lain menyerang bangsa kami. 
 
Ya Rahman ya Rahim, tapi kami masih percaya kepada-Mu bahwa ketika kami masih mau menadahkan tangan kepada-Mu itu berarti kami masih mengerti Engkau adalah Tuhan kami, Engkau adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.
 
Jauhkan kami yaa Allah, dari pemimpin yang khianat. Yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, yang kekuasaannya bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini. Tapi seakan-akan arogansi kekuatan, berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat.
 
Di mana-mana rakyat digusur tanpa tahu ke mana mereka harus pergi. Di mana-mana rakyat kehilangan pekerjaan Allah di negara ini rakyat ini outsourcing, tidak ada jaminan kehidupan mereka. Aparat seakan begitu antusias untuk menakuti rakyat.
 
Hari ini di Kota Medan di Sumut, 5000 kepala keluarga sengsara dengan perlakuan aparat negara. Allah lindungilah rakyat ini, mereka banyak tidak tahu apa-apa. Mereka percayakan kendali negara dan pemerintahan. Allah kalau ada mereka yang ingin bertaubat, terimalah taubat mereka ya Allah.  tapi kalau mereka tidak bertaubat dengan kesalahan yang dia perbuat, gantikan dia dengan pemimpin yang lebih baik di negara ini Ya Allah..”
Lalu, siapa HR Muhammad Syafi’i, politisi Partai Gerindra yang akrab dipanggil Romo Syafi’i itu?.
Nama lengkapnya HR Muhammad Sayfi’i, SH., M.Hum. Ia lahir di Medan, 21 Oktober 1959 dan menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan Sumatera Utara 1. Ia merupakan salah satu anggota DPR/MPR yang rajin berdakwah.  Maklum, ia merupakan seorang pendidik, penceramah dan pendakwah.
Gelar sarjana hukumnya ia peroleh dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pada 1988. Di kampus yang sama pada 2007 ia menyelesaikan pendidikan S-2nya.
Ia pernah menjadi Anggota DPRD Kota Medan (1997-1999) dan Ketua Fraksi Partai Bintang Reformasi DPRD Provinsi Sumatera Utara (2004-2009).  Di Gerindra, Syafi’i adalah Anggota Dewan Penasehat DPP Gerindra (2012-2017).
Romo Syafi’i pernah menjadi guru di banyak lembaga perguruan di Medan, Penatar Program BP-7 di Sumatera Utara (1990-1995) dan dosen di Universitas Sisingamangaraja (1999-2000).  Syafi’i adalah Ketua Yayasan Kasyful Fikri, yang aktif sebagai penyalur beasiswa (1997-sekarang).
Di masa kerja 2014-2019 Muhammad Syafi’i bertugas di Komisi VIII yang membidangi agama, sosial dan pemberdayaan perempuan. Namun, ia pindah bertugas di Komisi III sejak November 2015.
Pada 18 April 2016 lalu, Romo Syafi’i dilantik menjadi Ketua Pansus Revisi Undang-undang No. 15/2003 tentang Terorisme.
Jokowi dan JK senyum-senyum, sementara pimpinan DPR tertawa, usai pembacaan doa oleh HR Muhammad Syafi’i, di Senayan, Jakarta, Selasa (16/08).
Terkait dengan doanya yang membuat telinga panas para pendukung Jokowi, Syafi’i hanya tertawa. Saat ditanya apakah ia membaca teks atau tidak, Syafi’i menjawab tidak.
“Tidak pakai teks, itu muncul saja. Tapi memang beberapa hari sebelumnya dimintain teks (oleh Setjen DPR), tapi saya bilang saya tidak pernah pidato atau baca doa pakai teks, tapi tergantung pada yang saya dengar yang saya lihat,” katanya di Kompleks Parlemen Selasa (16/8/2016).
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Sodik Mujahid menganggap wajar jika doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) untuk meminta pertolongan agar ada perubahan atas persoalan yang terjadi di Indonesia.
“Yang disampaikan Pak Syafi’i adalah fakta-fakta yang perlu pertolongan Allah untuk perbaikan dan perubahannya,” ujar Sodik, yang juga politisi Partai Gerindra, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Apalagi, kata dia, Syafii memiliki latar belakang aktivis sekaligus politikus senior. Menurutnya agama juga mengajarkan dengan rasa optimis dengan diawali asmaul husna dengan sepenuh hati serta maksud diutarakan dengan jelas. “Sangat paham isi yang harus dimanfatkan pada setiap momentum,” ucapnya.

Mari bergabung bersama WA Grup dan Channel Telegram Moslemtoday.com, Klik : WA Grup & Telegram Channel

comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here