Moslemtoday.com : Sebanyak 15 jurnalis terbunuh saat menjalankan tugas meliput konflik yang sedang berlangsung di Irak dan Suriah pada tahun ini, membuat kedua negara Timur Tengah itu “paling mematikan” bagi wartawan.
Komite Perlindungan Wartawan yang berbasis di AS (CPJ/Committee to Protect Journalists) mengungkapkan bahwa setidaknya 42 wartawan -termasuk delapan wanita- terbunuh secara data global sejak awal tahun ini sampai 15 Desember 2017. Tahun lalu CPJ mencatat 48 kematian di kalangan wartawan.
“Lonjakan kematian wartawan telah dikaitkan dengan besaran konflik, jadi ini adalah kabar baik bahwa ada sedikit korban media di Timur Tengah tahun ini dibandung tahun lalu. Ini juga merupakan peringatan mengapa keamanan jurnalis di seluruh dunia harus tetap menjadi prioritas,” kata Joel Simon, Direktur Eksekutif CPJ, seperti dilansir dari Al Jazeera, Kamis, (21/12/17).
Di antara mereka yang terbunuh di Mosul Irak berusia 30 tahun Shifa Gardi, seorang wartawan TV Kurdi Irak yang tewas dalam ledakan bom pinggir jalan saat meliput bentrokan antara pasukan Irak dan ISIS pada bulan Februari.
Pada bulan Juni, seorang wartawan Kurdi dan reporter Prancis terbunuh dalam sebuah ledakan di Mosul. Kelompok dengan afiliasi politik bertanggung jawab atas 45 persen dari total kematian, menurut temuan laporan tersebut.
Jumlah wartawan yang telah menjadi sasaran pembalasan karena laporan mereka telah menurun dalam dua tahun terakhir, dan menurut catatan CPJ sejak tahun 1992, sekitar dua pertiga wartawan terbunuh biasanya “dipilih untuk pembunuhan karena pembalasan atas pekerjaan mereka.”
Penurunan ini mungkin karena berbagai faktor seperti penyensoran diri dan pemenjaraan sebagai sarana alternatif untuk membungkam wartawan. Daerah konflik lainnya dimana wartawan dan pekerja media terbunuh adalah di Yaman dan Afghanistan. (DH/MTD)
Sumber : Al Jazeera
Redaktur : Hermanto Deli
