Moslemtoday.com : Perdebatan soal tafsir surat Al Maidah ayat 51 yang awalnya digunakan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk tidak menjadi dasar warga memilih kepala daerah di Pilkada DKI 2017, masih berbuntut panjang.
Meski Ahok memang sudah menyatakan permohonan maaf atas kesalahannya menggunakan ayat suci Alquran tersebut. Namun pembahasan tafsir soal ayat Alquran tersebut tetap saja menjadi perbincangan hangat.
Seperti halnya yang kini sedang menjadi pembahasan di jejaring sosial salah satunya adalah di linimassa twitter. Dimana pendapat itu disampaikan oleh Nusron Wahid dan Mahfud MD.
Nusron Wahid, yang merupakan eks Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot yang memegang kukuh pendapat tafsirnya soal ayat di surat Al Maidah 51 bahkan mencuitkan khusus penjelasannya soal tafsir ayat tersebut.
“Allah lah yang paling tahu makna dan kandungan yang paling benar dari suatu ayat Alquran. Adapun tafsir itu hanya kira-kira. Bukan mutlak. Makanya enggak usah bingung dan ribut kalau ada yang memaknai beda. Agama itu keyakinan. Ikut ulama sepuh atau MUI. Monggo kerso,” tulis salah satu cuitan Nusron di akun Twitter miliknya.
Dan secara lengkapnya, pernyataan Nusron bisa dibaca di bawah ini.
1.Ketemu terjemahan al-Qur’an dlm bhs Indonesia berbeda kok bingung. Dr 16 kitab tafsir yg saya miliki, makna awliya memang beda-beda.
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
2. Tdk ada yg memaknai mutlak dg pemimpin. Antara satu kyai dg kyai lainnya waktu ngaji juga beda2. Namanya juga tafsir. Sifatnya dzonny
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
3. Yg qoth’i (pasti) itu wahyunya. Bukan tafsir, pemahanan apalagi terjemahannya. Makanya belajar al-Qur’an harus paham ilmu alat
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
4. Alatnya nahwu, shorof, balaghoh, badi’, bayan, ma’ani dan ilmu2 alat lainnya. Mrk yg punya ilmu alat saja gak berani ngaku paling benar
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
4. Alatnya nahwu, shorof, balaghoh, badi’, bayan, ma’ani dan ilmu2 alat lainnya. Mrk yg punya ilmu alat saja gak berani ngaku paling benar
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
5. Para ahli tafsir dan kyai sepuh selalu menutup setiap tulisan dan pengajiannya dg kalimat: Wallahu A’lamu bimuraadihi atau bishowaabihi
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
6. Allah lah yg paling tahu makna dan kandungan yg paling benar dari suatu ayat al-Qur’an. Adapun tafsir itu hanya kira2. Bukan mutlak.
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
7.Makanya nggak usah bingung dan ribut kl ada yg memaknai beda. Agama itu keyakinan. Ikut ulama sepuh atau MUI. Monggo kerso.
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
8.Pendapat ulama itu tidak tunggal. Pendapat MUI belum tentu sama dg ulama sepuh, termasuk dlm surat Al Ma’idah. MUI beda dg guru2 saya.
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
9.Salah satu guru saya waktu ngaji tafsir al Ibriz–dlm bhs Jawa–awliya dimaknai “bolone”, bukan “pemimpin”. Bolo itu lawan katanya musuh.
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
10. Pengertian bolo dan musuh berarti turunnya ayat ini dlm suasana perang. Sbb dlm situasi damai, tdk ada bolo dan musuh. Semua saudara
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
11. Di Indonesia skrg kita dlm situasi apa? Perang atau damai? Bukankah ulama2 kita sdh memilih darussalam (negara perdamaian & keselamatan
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
11…bukan darul Islam (negara agama) dan bukan darul harbi (negara perang). Lantas kenapa kita buat kodifikasi ayat seakan2 perang?
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
12. Indonesia itu negara damai. Kenapa kita berimajinasi seakan2 dlm kondisi perang dg menempatkan Ahok “musuh” dan anti Ahok “bolo”?
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
13. Ahok itu juga lahir di tanah yg sama, makan dan minum di tanah dan sumber yg sama: INDONESIA negeri damai berdasar PANCASILA
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
14. Karena damai berarti saudara kita. Karena Pancasila dua punya hak yg sama dg kita. Kenapa kita ingin perang di negeri damai?
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
15. Bagi yg gak suka dg Ahok silakan gak usah dipilih. Tp jgn paksakan tafsir dg kebenaran tunggal. Apalagi lembaga tunggal: MUI
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
16. Mayoritas umat Islam terganggu dg pembenaran tafsir tunggal yg tdk qoth’i. Wallahu A’lamu bimuraadihi….
— Nusron Wahid (@NusronWahid1) 22 Oktober 2016
Tak cuma Nusron. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD pun ikut bersuara soal tafsir ayat ini. Pernyataan Mahfud yang memiliki pengikut di Twitter mencapai 1,17 juta orang ini, pun menuai reaksi.
Berikut cuitan Mahfud MD, soal pendapatnya.
Mnrt sy, auliyaa’ yg di surat Almaidah ayat 51 itu artinya “Pemimpin”. Dlm ayat2 lain auliyaa’ bs diartikan “para wali” atau “kawan setia”. https://t.co/0FcCddWUed
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) 23 Oktober 2016
Kata “auliya” bs berarti pmimpin, para wali, kawan setia. Sama dgn kata “bisa” dlm bhs kita yg brarti “racun” atau “dapat”. Trgntung konteks https://t.co/y2Ez6Z9npr
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) 23 Oktober 2016
Ada ayat “Alaa inna auliyaallah falaa khawfun…” Ingtlah, para wali Allah itu tak pernah takut..” Tp auliya yg di Almaidah artinya pemimpin https://t.co/HCu0dkxTax
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) 23 Oktober 2016
Silakan. Org mau jadikan rujukan atau tdk, sy tak soal. Sy bcr ilmiah sj demi integritas keilmuan. Urusan ribut2 politiknya sy tak ikutan. https://t.co/LB5g7b0d2J
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) 23 Oktober 2016
Dalam ilmu tafsir, baik tafsir agama maupun tafsir hukum (ilmu penafsiran hukum), selalu ada tafsir berdasar teks dan berdasar konteks. https://t.co/DHZAT9SR5I
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) 23 Oktober 2016
Tak usah berpolemik, apalagi kalau dikait2kan dgn politik terkini. Kembali ke pendapat dan sikap yang diyakini masing2 saja. https://t.co/efRGyw1wYm
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) 23 Oktober 2016
Sumber : VIVA | Weblink : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/838425-menyimak-tafsir-nusron-wahid-dan-mahfud-md-soal-pemimpin