*PENELITIAN WARISAN BUYA HAMKA DI KULLIYATUL MUBALLIGHIEN*
Padang Panjang, Kauman_Prof. Dr. Abdul Malik Karim Amarullah atau yang lebih akrab dikenal Buya HAMKA, merupakan seorang ulama, sastrawan dan tokoh Nasional yang lahir di Sungai Batang, Maninjau Kabupaten Agam, 17 Februari 1908. Bila dikaitkan dengan Madrasah Aliyah Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah Kauman Padang Panjang, maka Buya HAMKA pernah menjadi Kepala sekolah pertama di tahun 1930 sampai 1936.
Sebagai bagian yang pernah menjadi sejarah Buya HAMKA di Padang Panjang, maka Kulliyatul Muballighien dikunjungi oleh Pusat Study Buya HAMKA Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta, Sabtu (12/02/2022).
Dalam kunjungannya, Rombongan Pusat Study Buya HAMKA yang berjumlah lima orang melakukan Penelitian Warisan Buya HAMKA dan Pengaruh Pemikiran Buya HAMKA di Madrasah Aliyah Kulliyatul Muballighien Muhammadiyah, atau yang lebih dikenal dengan MA KMM Kauman Padang Panjang.
Tim yang dipimpin oleh Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Dr. Benyamin, beserta rombongan Pusat Studi Buya HAMKA disambut oleh Pimpinan (Mudir) Pondok Pesantren Kauman Muhammadiyah, Dr. Derliana, M.A dan turut didampingi oleh Wakil Mudir, Sekretaris serta Tim Humas di ruangan kerja pimpinan ponpes.
Setelah mendapat penjelasan yang cukup luas dari Mudir Pondok Pesantren, Wakil Rektor IV UHAMKA, Dr Benyamin, melihat benang merah nilai-nilai perjuangan Buya HAMKA yang terus diabadikan sampai sekarang. “Berdasarkan penjelasan yang cukup panjang lebar tadi, Kita bisa melihat benang merah nilai-nilai perjuangan Buya HAMKA yang terus bertahan sampai sekarang, tentu dengan penyesuaian dengan perkembangan zaman yang ada. Tetapi nalai-nilai yang dikembangkan Buya HAMKA waktu itu, Kita melihat masih tetap diselenggarakan dengan baik,” ungkap Benyamin.
Sementara itu, Mudir Pondok Pesantren Kauman Muhammadiyah, Derliana dalam penjelasannya memaparkan bahwa, “tentang sejarah berdirinya Kauman, serta perkembangannya hingga sekarang, Derliana menyampaikan apa yang menjadi warisan buya HAMKA tetap dijaga dan dirawat dengan baik,” jelasnya.
“Meskipun Buya HAMKA hari ini sudah telah tiada, namun warisannya tetap bersama kami. Dalam Kurikulum madrasah, kami tetap mempertahankan beberapa mata pelajaran seperti Ilmu Mantiq dan Ilmu Tarjih yang mana keduanya merupakan bidang ilmu yang selalu diajarkan oleh Buya HAMKA disini dahulu kala. Kemudian semangat literasi yang dicanangkan Buya juga kami jaga warisannya. Dengan memfasilitasi dan mendorong santri untuk terus menulis. Tulisan santri dibukukan dan dimuat diberbagai media cetak,” ujar Derliana.
Ketua Rombongan Penelitian, Budi Johan menjelaskan bahwa hasil penelitian ini akan dimuat di jurnal yang terakreditasi nasional maupun internasional. “Hasil penelitian ini akan menjadi laporan kewajiban ke Universitas UHAMKA dan juga akan dimuat dijurnal yang terakreditasi nasional maupun internasional,” tutur Budi Johan.
Budi Johan juga berharap hasil ini tetap dibaca oleh seluruh khalayak umum baik Nasional maupun Internasional.
Selain itu dalam kunjungan tersebut, Rombongan Pusat Studi Buya HAMKA juga diperkenalkan beberapa tempat yang menjadi ikon kehamkaan di Pondok Pesantren, seperti Aula Buya HAMKA, HAMKA Corner dan beberapa karya Buya HAMKA yang terangkum dalam satu fragmen yang bernama “Warisan Buya HAMKA”. (Zainal/Adi)