Moslemtoday.com : Yang di-Pertuan Agong Raja Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al- Mustafa Billah Shah resmi melantik Datuk Seri Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri ke-10 Malaysia di Istana Negara, Kamis, 24 November 2022. Anwar Ibrahim telah diambil sumpahnya sebagai PM pada pukul 5 sore waktu setempat.
Datuk Seri Anwar Ibrahim yang merupakan Ketua Pakatan Harapan ditunjuk oleh Raja sebagai PM setelah drama pemilu yang mana tiga koalisi utama tidak ada yang memenuhi syarat mayoritas suara.
Tiga koalisi utama, yaitu Pakatan Harapan, Perikatan Nasional, dan Barisan Nasional masing-masing memenangkan 82, 73, dan 30 kursi, sehingga tidak ada yang memenuhi syarat untuk mengajukan PM.
Menurut konstitusi Malaysia, untuk mengajukan nama Perdana Menteri dan membentuk kabinet, partai atau koalisi harus memenangkan 112 suara dari 222 kursi parlemen.
Menanggapi kebuntuan drama pemilu tersebut, sebuah pertemuan khusus diadakan pada pukul 11 pagi pada hari Kamis, 24 November 2022. Pertemuan tersebut diadakan untuk memungkinkan Yang di-Pertuan Agong Raja Abdullah menunjuk nama calon dari koalisi yang ada untuk membentuk pemerintahan baru, dengan hasilnya Raja Abdullah menunjuk Datuk Seri Anwar Ibrahim sebagai PM Malaysia yang baru.
Perjalanan Anwar Ibrahim menjadi perdana menteri, panjang dan berliku. Dilansir Britannica, Kamis (24/11/2022), pria kelahiran 10 Agustus 1947 ini memegang banyak jabatan pemerintahan pada akhir abad ke-20 sebelum dipenjara karena tuduhan korupsi pada 1999. Setelah dibebaskan dari penjara, Anwar memainkan peran kunci dalam redistribusi kekuasaan di badan legislatif Malaysia. Namun, karir politiknya kembali terhenti ketika ia divonis kasus sodomi pada 2014 dan dipenjara hingga 2018.
Mahathir digantikan sebagai perdana menteri oleh Abdullah Ahmad Badawi pada 2003, dan pada 2004 Pengadilan Tinggi Malaysia membatalkan hukuman sodomi Anwar, dengan alasan kurangnya bukti.
Anwar kemudian memegang jabatan dosen di Universitas Oxford; Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Maryland; dan Universitas Georgetown di Washington DC.
Pada 2007, dengan stagnasi pemerintahan Abdullah di tengah skandal dan gejolak sosial dan ekonomi, oposisi negara yang berbeda secara historis berkumpul di sekitar reformis Anwar. Awal 2008 Anwar mengambil alih kepemimpinan de facto dari koalisi oposisi tiga partai, the Aliansi Rakyat (Pakatan Rakyat; PR), terdiri dari Partai Keadilan Rakyat (PKR), Partai Islam Pan-Malaysia (Parti Islam SeMalaysia; Pas), dan Partai Aksi Demokratik (DAP).
Namun, ketika, tak lama sebelum pemilu 2008, tuduhan sodomi baru diajukan terhadapnya. Dia akhirnya dibebaskan dari tuduhan tersebut pada awal tahun 2012 setelah diadili selama dua tahun.
Anwar dan PR berharap bisa memperbaiki hasil pemilu 2008 oposisi di pemilu parlemen 2013 mendatang. Meskipun PR menjaring beberapa kursi lagi dalam pemungutan suara yang diadakan pada awal Mei, BN mempertahankan mayoritas sederhana di majelis rendah.
Sesaat sebelum pemilu 2014 di Selangornegara bagian, di mana Anwar diharapkan menjadi menteri utama, pengadilan banding membatalkan pembebasannya tahun 2012, dan dia dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Pada tahun 2015, Pengadilan Federal Malaysia menguatkan vonis dan hukuman tersebut.
Anwar membantah tuduhan itu, menuduh adanya “konspirasi politik.” Dan pada akhirnya Datuk Seri Anwar Ibrahim resmi menjadi PM Malaysia yang baru saat ini.
Sumber : The Britannica, Al Jazeera, The Star | Redaktur : Hermanto Deli