Beirut: Laporan dari kelompok pemerhati HAM, Amnesty International menyebutkan bahwa lebih dari 17 ribu orang disiksa dan dibunuh di penjara milik Pemerintah Suriah.
Laporan juga diperoleh berdasarkan keterangan seorang tahanan yang berhasil melarikan diri. Tahanan yang diketahui dengan sebutan Lama, merasa beruntung karena 17 ribu tahanan lainnya tidak bernasib sama dengan dirinya.
Dalam laporan berjudul “It breaks the human,” menyertakan wawancara dengan 65 orang tahanan yang selamat dari penyiksaan. Mereka menggambarkan tindakan tidak manusiawi dari penjara yang dioperasikan oleh pihak dinas intelijen Suriah dan Penjara Militer Saidnaya di dekat Damaskus.

Amnesty menyebutkan metode penyiksaan yang dilakukan termasuk menggantung tahanan di ban bekas, kemudian memukuli bagian telapak kakinya. Selain itu pihak berwenang yang melakukan penyiksaan juga menggunakan kejut listrik, pemerkosaan dan kekerasan seksual, menarik kuku kaki. Tahanan juga disiram air panas dan juga disundut rokok.
“Katalog horor diperlihatkan dalam laporan ini yang juga dipenuhi detail penyiksaan terhadap tahanan. Penyiksaan terjadi sejak tahanan ditangkap hingga interogasi dan penahanan di balik jeruji,” ujar Direktur Amnesty International wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Philip Luther, seperti dikutipTime, Kamis (18/8/2016).
“Penyiksaan ini amat mematikan dengan tahanan kerap diancam menghadapi kematian dalam penahanan,” lanjut Luther.

Luther pun mendesak dunia internasional untuk membawa penyiksaan ini dalam agenda pembicaraan dengan Pemerintah Suriah dan juga milisi anti pemerintah.
Penyiksaan ini diketahui dimulai sejak perlawan melawan Presiden Bashar Al-Assad pecah pada Maret 2011. Perlawanan pemerintah terhadap aksi pemberontakan memicu perang saudara yang menewaskan lebih dari 250 ribu jiwa dan membuat 4,8 juta warganya kehilangan tempat tinggal.