Jerman salahkan Rusia atas krisis Kemanusiaan di Aleppo. Rusia ingin membangun pengaruh yang besar terhadap Presiden Suriah, kata Juru bicara pemerintah Jerman, Steffen Seibert. Makanan, air dan bantuan medis bisa sampai ke warga sipil di kota utara Suriah itu bila Rusia menghendaki.
Seibert mengatakan kemungkinan mengirim bantuan kemanusiaan tergantung terutama pada Moskow dan rezim Suriah. Atau mereka akan membiarkan mereka sekarat terus di Aleppo, katanya mengomentari surat 30 dokter yang tetap tinggal di kota itu. Mereka telah menarik perhatiannya untuk pengiriman bantuan mendesak.
Seibert juga mengkritik tawaran Moskow untuk memberikan tiga jam gencatan senjata harian, pada pekan lalu. Tiga jam bukan waktu yang cukup untuk mengangkut bantuan yang diperlukan ke kota, menurut pendapatnya seperti dilansir DW, Senin (15/8).
Janji Rusia itu “dimaksudkan agar terdengar seperti konsesi, tetapi sebenarnya sinisme, karena semua orang tahu bahwa saat ini adalah tempat yang cukup dekat untuk benar-benar memulihkan pasokan kepada orang yang putus asa,” kata Seibert.
Komentar Seibert ini digemakan oleh Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier pada pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Rusia.
“Situasi kemanusiaan di Aleppo adalah bencana. Hal ini tidak dapat dibiarkan dan harus dihentikan. Tiga jam sehari tidak cukup,” kata Steinmeier di Yekaterinburg, saat pertemuan berlangsung. Dia disebut bukan untuk gencatan senjata lengkap.
Lavrov, sementara itu yakin bahwa tiga jam itu cukup. Membela tawaran Rusia, ia mengatakan bahwa gencatan senjata lagi akan memberikan waktu bagi teroris untuk berkumpul kembali dan mengisi kembali persediaan.
“Sebuah hasil jeda telah sedikit perbaikan dari situasi kemanusiaan,” katanya dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara Rusia TASS.
Rusia, yang telah mengirim pasukan untuk membantu sekutu lamanya Presiden Basyar Assad di tengah perang lebih dari lima tahun itu. Pekan lalu Rusia mengumumkan jeda kemanusiaan tiga jam selama tiga hari di Aleppo, waktu yang dinilai oleh PBB tidak memadai.
Pasukan pemerintah Suriah bulan lalu menutup rute pasokan pemberontak terakhir ke kota. PBB memperingatkan pada waktu itu bahwa persediaan makanan akan berlangsung hanya sampai pertengahan Agustus.
PBB dan aktivis HAM Suriah melaporkan bahwa setelah oposisi merebut kembali rute tersebut, pasokan bahan makanan mulai bisa masuk, namun belum aman untuk dipakai warga sipil.

Klik : WA Grup & Telegram Channel
