St. Petersburg, Rusia – Pemerintah Rusia memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak terlibat langsung dalam konflik antara Israel dan Iran. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menyatakan bahwa keterlibatan militer AS hanya akan memperburuk situasi dan mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah secara keseluruhan.
Berbicara dalam Forum Ekonomi Internasional di St. Petersburg, Ryabkov mengatakan kepada kantor berita Interfax bahwa Moskow mendesak Washington agar menahan diri dari tindakan militer terhadap Iran. “Ini akan menjadi langkah yang sangat mendestabilisasi seluruh situasi,” ujarnya, seraya mengkritik opsi-opsi spekulatif dan tidak berdasar yang tengah dipertimbangkan AS.
Peringatan tersebut disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran. Rusia, yang telah menandatangani kemitraan strategis selama 20 tahun dengan Iran pada Januari lalu, juga memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, meski sempat merenggang akibat konflik Rusia-Ukraina.
Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), Sergei Naryshkin, menyebut situasi antara Iran dan Israel kini telah mencapai titik kritis. Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengecam serangan udara Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran. Menurutnya, tindakan tersebut telah membawa dunia berada “hanya beberapa milimeter” dari bencana nuklir.
“Fasilitas nuklir telah diserang,” ungkap Zakharova kepada Reuters, sembari menambahkan bahwa Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah mencatat adanya kerusakan spesifik. “Di mana kepedulian komunitas internasional? Di mana para pemerhati lingkungan? Apakah mereka pikir gelombang radiasi ini tidak akan sampai ke mereka? Bacalah kembali apa yang terjadi di Fukushima,” tegasnya, merujuk pada insiden nuklir di Jepang tahun 2011, seperti dilansir Reuters, Kamis, (19/6/2025).
Israel sendiri mengklaim bahwa serangan mereka bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Namun, Teheran membantah memiliki ambisi nuklir militer dan menyatakan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai.
Meski Rusia memiliki kedekatan militer dengan Iran, pakta strategis yang ditandatangani Presiden Vladimir Putin dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian tidak mencakup kewajiban bantuan militer langsung. Rusia juga menawarkan diri sebagai mediator dalam konflik, namun tawaran tersebut belum direspons secara serius oleh pihak-pihak terkait.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dilaporkan telah berbicara melalui telepon dengan Putin pada akhir pekan lalu. Dalam percakapan tersebut, Putin kembali menawarkan peran Moskow sebagai penengah, yang menurut sumber internal AS diterima secara terbuka oleh Trump. Namun, Trump juga menegaskan bahwa Iran harus menyerah tanpa syarat.
Seorang sumber yang mengetahui diskusi internal Gedung Putih mengungkapkan bahwa pemerintahan Trump tengah mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk kemungkinan bergabung dengan Israel dalam melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Meski menentang konflik tersebut, mantan penasihat Kremlin, Sergei Markov, menyatakan bahwa Rusia bisa saja memperoleh keuntungan strategis. Di antaranya, kenaikan harga minyak global, meningkatnya permintaan China terhadap minyak Rusia karena terganggunya suplai dari Iran, serta pengalihan fokus militer AS dari Ukraina ke Timur Tengah.
Situasi di kawasan terus memanas dan komunitas internasional kini menanti langkah lanjutan dari kekuatan besar dunia dalam menghindari eskalasi konflik yang bisa berdampak global. (DL/GPT)
Sumber : Reuters | Weblink : https://www.reuters.com/world/middle-east/russia-warns-us-not-help-israel-militarily-against-iran-2025-06-18/