Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat meningkat tajam setelah televisi pemerintah Iran menayangkan peta pangkalan militer AS di Timur Tengah, disertai pesan ancaman langsung kepada Presiden Donald Trump. Tayangan ini muncul hanya beberapa hari setelah serangan udara AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.
Teheran — Dalam sebuah siaran resmi yang ditayangkan di televisi pemerintah Iran, publik dunia dikejutkan oleh tayangan peta strategis pangkalan militer Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Tayangan tersebut dibarengi dengan pesan tegas dan provokatif yang ditujukan langsung kepada Presiden AS, Donald Trump.
“Mr. President, YOU started it — WE will finish it,” demikian bunyi pesan yang ditampilkan dalam siaran tersebut, yang jika diterjemahkan berarti: “Tuan Presiden, ANDA yang memulai — KAMI yang akan mengakhiri.”
Pernyataan keras ini disampaikan sebagai bentuk peringatan, bahwa seluruh personel militer Amerika Serikat di wilayah tersebut kini dianggap sebagai target potensial. Langkah ini menandai eskalasi baru dalam hubungan bilateral yang selama ini sudah diwarnai ketegangan.
Tayangan itu muncul setelah laporan mengenai serangan udara gabungan antara Amerika Serikat dan Israel terhadap situs-situs nuklir Iran, yang memicu respons keras dari Teheran. Meskipun ketegangan antara kedua negara bukanlah hal baru, para pengamat menilai situasi kali ini jauh lebih serius.
"Ketika pesan seperti ini disampaikan melalui saluran resmi negara, itu berarti Iran ingin memastikan dunia memperhatikan kemarahannya. Mereka tidak hanya mengancam, tetapi menunjukkan kesiapan untuk merespons secara militer," ujar seorang analis hubungan internasional.
Sejauh ini, belum ada laporan serangan langsung terhadap pasukan Amerika di wilayah tersebut. Namun, sejumlah pangkalan militer AS dilaporkan telah berada dalam status siaga tinggi, mengantisipasi kemungkinan serangan balasan dari Iran atau sekutunya di kawasan seperti Suriah dan Lebanon.
Pemerintah Amerika Serikat hingga saat ini belum memberikan tanggapan resmi atas siaran tersebut. Namun, para pejabat pertahanan dikabarkan terus memantau situasi dengan cermat.
Analis politik memperingatkan bahwa satu kesalahan langkah saja dapat memicu konflik regional yang lebih luas, melibatkan kekuatan besar lain seperti Rusia. Dengan situasi yang terus berkembang, dunia kini menunggu dan berharap agar konflik tidak berubah menjadi perang terbuka.
Situasi di Timur Tengah kini berada di ambang krisis. Masyarakat internasional diimbau untuk tetap mengikuti perkembangan dengan saksama dan berharap diplomasi masih dapat menjadi jalan keluar dari ketegangan ini.